Tahun ini adalah tahun pertama saya berpuasa Ramadhan di luar negeri. Ternyata puasa 13 jam di Indonesia yang suhunya relatif tinggi tidak terlalu berbeda dengan puasa 18 jam di Polandia yang suhunya relatif rendah. Walaupun puasa disini berlangsung selama 18 jam, namun untuk konteks menahan haus tak terlalu sulit karena cuacanya dingin sehingga tidak cepat haus. Namun, memang harus ada persiapan lebih. Jarak berbuka, tarawih, dan subuh sangat dekat sehingga setelah tarawih harus langsung tidur, atau tidak usah tidur untuk sahur sampai subuh. Baru tidur setelah shalat subuh.
Karena saya tinggal sekamar dengan orang Polandia yang non muslim, jam tidur kita berbeda sekarang, hingga saya harus berusaha mempersiapkan makanan dengan pelan-pelan takut ia terbangun, juga harus menggunakan lampu kecil selama sahur. Setiap hari saya harus mempersiapkan sahur pukul 1.45 CEST hingga adzan subuh tiba pada pukul 02.45 CEST, lalu waktu berbuka puasa sekitar 18 jam kemudian yakni pukul 20.30 CEST.
Berbeda dengan di Indonesia, di Polandia selama Ramadhan tak ada bedanya karena sepanjang jalan restoran tetap buka. Apalagi di sepanjang jalan di Kraków warga lokal banyak yang mengenakan pakaian minim, karena saat ini suhu pada siang hari hingga sore hari sekitar 25-30 derajat. Ada teman sekelas non-muslim bertanya, saya lihat apa kamu kepanasan, karena baju yang kamu pakai berlapis-lapis (hijab, rok panjang, dan baju panjang). Lalu saya bilang, tidak karena di negaraku lebih panas dari disini dan banyak wanita muslim berpakaian seperti ini di negaraku. Beberapa juga berkata heran, bagaimana kamu bisa bertahan, tak makan selama 18 jam. Kalau saya sih tidak akan kuat, kata mereka. Kalau begitu saya akan banyak makan dan minum dan tidak tidur pada waktu saya bisa makan.
Untuk ibadah shalat 5 waktu dan tarawih dibuka selama bulan Ramadhan di masjid. Di masjid (Islamic Center) Kraków ada acara berbuka puasa bersama dengan takjil (kurma, air putih, dan susu) setiap hari, namun berbuka puasa dengan makanan besar ada setiap hari Jum’at dan Sabtu. Makanan yang dihidangkan sangat menarik dan berbeda setiap minggunya tergantung siapa yang bertanggung jawab menyediakan. Salah satunya hidangan Western, Turki dan Timur Tengah seperti makaroni schotel, daging sapi gulai, ketan, sayur tomat, sup krim, nasi goreng, jus mangga, kurma, dan roti. setelah makan takjil, shalat maghrib, dan makan besar, kami biasanya berbincang dan saling berkenalan satu sama lain, dan menunggu adzan Isya tiba. Isya dan tarawih biasanya selesai pukul 23.00 CEST. Kajian di masjid Kraków ada setiap hari Jum’at sebelum shalat Jum’at, dan terdapat juga program tajwid dan tahsin untuk anak-anak dan dewasa setiap hari Sabtu.
Saat berbuka bersama di Islamic Center, kami saling berbincang dan pembahasannya sungguh menarik. Warga Polandia yang menganut agama Islam kebanyakan mualaf dan menikah dengan orang asing (India, Mesir, dan lain-lain). Sungguh menarik ketika mereka menceritakan bagaimana mereka bisa mengenal Islam hingga akhirnya hijrah memeluk agama Islam sepenuhnya. Ada yang baru 6 bulan memeluk Islam, bahkan tahunan. Ada yang cerita tentang pertentangan orang tua dan bagaimana ketidakocokan agama sebelumnya yang ia anut karena ia hanya ingin berdoa langsung satu arah kepada Tuhan.
Selain muslim Polandia, di Kraków ada muslim dari Turki, Suriah, Yordania, Palestina, India, Indonesia, Maroko, Mesir, dan lain-lain. Selain berbuka puasa di masjid, perhimpunan mahasiswa Indonesia serta perhimpunan mahasiswa muslim di Kraków Polandia mengadakan acara berbuka puasa bersama. Untuk lebaran nanti, rencananya mahasiswa Indonesia akan merayakan di rumah warga Indonesia di Kraków.
0 comments:
Post a Comment