Mahasiswa didefinisikan
sebagai pemuda yang tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektual dan logis dalam berpikir sehingga dapat membedakan
mana yang benar dan mana yang salah. Dengan potensi tersebut, sangatlah wajar
jika pemuda memegang peran penting dalam perubahan suatu negara. Kita lihat
kisah Ibrahim AS sang pembaharu, lalu tengok bagaimana kaum pemuda dengan sigap
mendukung kiprah Rasulullah SAW, bukan orang-orang golongan tua yang pada saat
itu menjadi pemuka kaumnya.
Menurut para
ulama, pemuda memiliki tiga peran, yaitu sebagai generasi penerus (At-Thur: 21)
yakni meneruskan nilai-nilai kebaikan yang ada pada suatu kaum. Yang kedua
ialah sebagai generasi pengganti (Al-Ma’idah: 54) yang berarti menggantikan
kaum yang sudah rusak dengan karakter mencintai dan dicintai Allah, berlaku
lemah lembut kepada kaum mukmin, tegas kepada kaum kafir, dan tidak takut
celaan orang yang mencela. Dan yang terakhir ialah sebagai generasi pembaharu
(Maryam: 42) yakni memperbaiki dan memperbarui kerusakan yang ada pada suatu
kaum.
Memang betul bahwa
mahasiswa memiliki andil besar dalam perubahan yang terjadi di Indonesia.
Mahasiswa diharapkan mampu menjalankan predikatnya sebagai agent of social change dan juga agent
of control. Mahasiswa dituntut berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
biasanya berhubungan dengan ruang lingkup pendidikan dan lebih peka mengenai
hal-hal yang terjadi disekitarnya. Mahasiswa diharapkan terus meningkatkan
kualitas diri sebagai generasi yang akan bertanggung jawab terhadap bangsa, dengan
tidak terlibat dengan gaya hidup hedonis.
Dalam
perkembangannya, hedonisme cenderung menyerang remaja atau dalam konteks ini mahasiswa.
Karena pada masa remaja, mereka bingung mencari jati diri yang sebenarnya. Ketika
seorang mahasiswa terjangkit hedonisme, maka akan timbul beberapa dampak
negatif, akan terbentuk individu yang hidupnya berorientasi senang-senang saja
dan tidak bermanfaat, seperti pacaran tanpa tujuan, kecanduan game, dan
mendewakan artis. Lalu akan tercipta individu yang memiliki visi yang sangat
rendah, karena orientasi hidup mereka cenderung untuk hal-hal yang saat ini
bisa dirasakan saja, tanpa memikirkan kegiatan yang berkontribusi melukis masa
depan mereka. Virus hedonisme tersebut akan merasuki dan terlihat dari kepribadian
individu tersebut dalam tindakan kesehariannya.
Sayangnya, ada
orang yang beranggapan bahwa hedonisme adalah sesuatu yang wajar. Memang dampak
yang terjadi pada hedonisme terkadang tidak nampak untuk saat ini. Tapi
berpikirlah jauh kedepan, jika hedonisme dianggap remeh dan berkembang viral,
dimasa depan dampaknya akan sangat negatif untuk bangsa Indonesia.
Masalah yang
kompleks akan timbul ketika banyak mahasiswa di negara ini terserang hedonisme.
Mahasiswa adalah bentuk wajah negara ini di beberapa tahun yang akan datang.
Ketika banyak mahasiswa yang bermalas-malasan dan tidak serius dalam menuntut
ilmu, maka ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di negara ini juga akan sulit
untuk berkembang. Saat ini setiap negara sedang berlomba-lomba untuk membuat perkembangan
baru di bidang IPTEK. Indonesia sedang tertinggal dari negara-negara lain,
dikarenakan kita kalah dalam hal IPTEK. Jika dibiarkan, dikemudian hari akan
tercipta masyarakat yang berperilaku individualis, kurang peka terhadap
sekelilingnya dan menghambat perubahan negara. Jika hedonisme semakin
merajalela dan viral, negara ini akan mengalami krisis pemimpin berkualitas. Jangan
heran jika negara ini nantinya akan dipimpin oleh presiden yang hedonisme.
Ketika suatu
individu bisa melepaskan dirinya dari cengkraman hedonisme, maka saling tolong-menolong
dan mengingatkan dalam kebaikan kepada sesama manusialah yang harus dikuatkan.
Mungkin terbersit
dalam pikiran, mengapa harus saya yang melakukan perubahan, dan bukan orang
lain? Jawabannya ialah, kita adalah orang-orang terpilih. Dari sekitar 7 milyar
penduduk bumi, hanya 1.4 milyar yang memeluk Islam. Dari sekian banyak pemeluk
Islam, hanya sedikit yang merupakan mahasiswa. Dari sekian mahasiswa muslim
tersebut, hanya sedikit yang tertarik mengikuti kajian atau membaca tulisan
bertemakan peran mahasiswa Islam sebagai agen perubahan.
Saya yakin, mahasiswa
Indonesia mampu memberikan kontribusi yang jelas kepada kemajuan NKRI, karena banyak
sekali bentuk kontribusi yang dapat dilakukan. Prestasi akademik dan
non-akademik di ajang nasional maupun internasional, juga kegiatan pengabdian
masyarakat sangat bermakna bagi kemajuan Indonesia. Dengan pengarahan mahasiswa
untuk berkontribusi di jalan yang benar, tanpa virus hedonisme, niscaya akan
tercipta langkah nyata menuju puncak kejayaan Indonesia.
0 comments:
Post a Comment